Senin, 12 Desember 2011

bicara atau diam

Sungguh beruntung orang-orang yang dapat menjaga lidahnya untuk tetap diam, daripada mereka yang rajin mengucapkan perkataan yang tidak memiliki manfaat apa-apa. Resiko tertinggi orang yang diam adalah 'disebut orang pasif'. Sedangkan resiko terrendah bagi orang yang banyak bicara adalah disebut 'orang yang banyak omong'. Manfaat terbesar bagi orang yang diam adalah 'tidak dibenci oleh orang lain'. Sedangkan manfaat terbesar bagi orang yang berbicara adalah; 'pahala yang mengalir atas kata-katanya yang baik'. Maka berbicaralah yang baik-baik karena pahala kebaikannya sangat besar. Atau kalau tidak bisa mengucapkan perkataan yang baik, maka sebaiknya ya diam saja. 

Minggu, 27 November 2011

Waktunya Belajar

Bagi kita sebagai seorang muslim seharusnya belajar itu bukan karena sekolah tapi karena ingin mengetahui ilmu tentang agama dan masalah kehidupan.  Ilmu agama merupakan fardu 'ain, yang mana setiap muslim harus mempelajari sebagaimana sabda Rasulullah SAW tuntutlah ilmu dari buaiyan sampai ke liang lahat, atau tuntutlah ilmu samapai ke negeri Cina, DLL. Apalagi yang bergelut di LDS. tanpa menafikan pelajaran di Sekolah.   selamat berjuang demi Islam Kaffah, Tegakkan Syariah dan Khilafah, Allahu Akbar.............

Sabtu, 26 November 2011

protessssss

LDS, Lembaga Dakwa sekolah merupakan kegiatan ekstra yang memberikan bimbingan keagamaan, untuk memahami dan menjalankan ajaran islam secara kaffah,  sekolah bukanlah ajang untuk menjadikan manusia kreasi yang tidak sesuai dengan

Menyambut Tahun Baru Hjriyah

LDS, Lembaga Dakwa sekolah merupakan kegiatan ekstra yang memberikan bimbingan keagamaan, untuk memahami dan menjalankan ajaran islam secara kaffah.....

LDS akan ikut gabung dalam acara pawai bersama kaum muslimin dalam rangka menyambut 1 Muharram yang jatuh pada hari ahad 27 Nvember 2011, yang akan diadakan pada hari ini 26 November 2011.  star di Mesjid Almubarak salakan.  Yang insya Allah diikuti seluruh ormas islam yang ada di kota Salakan dan sekitarnya.

Jumat, 25 November 2011

Tertawa dan menangis


Tertawa dan Menangis

oleh Ustadz Abu Ridha
"Orang yang melakukan dosa dalam keadaan tertawa akan dijebloskan ke dalam Neraka dalam keadaan menangis dan orang yang melakukan ketaatan dalam keadaan menangis akan dimasukkanoleh Allah ke Surga dalam keadaan tertawa."—(Ahli Zuhud)
Tertawa dan menangis adalah aktivitas fisik khas manusia. Bagi manusia, keduanya bersifat asasi, muncul sejalan dengan kemanusiaannya, sebagai fithrahnya yang orisinal. Dalam kehidupan keseharian, keduanya menjadi 'bahasa' komunikasi seseorang yang mengungkapan rasa cinta dan kegembiraan atau rasa kecewa dan kesedihan yang memenuhi suasana batinnya.
Kemelekatan tertawa dan menangis dengan kemanusiaan dinyatakan oleh Sang Pencipta dalam wahyu-Nya, "Dan bahwasannya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis." (QS. al-Najm [53] : 43). Manusia yang tak dapat tertawa dan menangis dinilai sebagai makhluk yang berhati batu.
Sebagai aktivitas fisik, tertawa atau pun menangis adalah akibat, bukan sebab. Pada umumnya ada stimulus (rangsangan) atau triger (pencetus) tertentu, seperti peristiwa sosial berupa kesenangan, kegembiraan, kebaikan, kejelekan, kemalangan, kelucuan, atau kekonyolan, yang membuat situasi batin seseorang gembira atau sedih.
Oleh sebab itu, normalnya, tertawa atau menangis, merupakan cermin otentik situasi batin. Ketika situasi batin seseorang sedang diliputi suasana kegembiraan, ia lantas bisa tertawa. Sebaliknya ketika situasi batinnya diliputi kesedihan, ia lantas menangis. Akan tetapi dalam hal menghadapi stimulus atau triger tersebut, bahkan dengan pemicu yang sama, kepekaan seseorang bisa berbeda-beda.
Ada yang begitu pekanya sehingga ia mudah tertawa atau menangis. Tetapi, ada pula yang tidak, sehingga ia tak mudah tertawa atau menangis. Bahkan orang-orang tertentu dapat “tertawa” dalam situasi batin yang penuh kesedihan dan “menangis” dalam situasi batin yang penuh keriangan. Misalnya orang yang terkena penyakit diskongruen, yaitu ketidakselarasan antara yang dirasakan dengan yang diungkapkan.
Oleh sebab tertawa dan menangis melekat dengan karakteristik kemanusiaan, maka banyak manfaat yang lahir dari keduanya. Misalnya, bagi kesehatan ruhani dan jasmani. Tertawa dapat memperkokoh kesehatan dan menangis dapat menjadi pintu untuk menumpahkan beban yang berat yang menyesakkan dada.
Dalam hadis, banyak riwayat yang menceritakan bahwa Nabi Muhammad Saw tertawa ketika menemukan sesuatu yang menyenangkannya dan bahkan sering bersenda gurau meskipun tidak sampai melewati batas yang hak.
Nabi Sulaeman juga dikisahkan dalam al-Quran tertawa ketika beliau mendengar teriakan seekor semut yang mengomandoi kawan-kawannya untuk masuk sarang agar tidak terinjak Nabi Sulaeman dan bala tentaranya.
قَالَتْ يَا أَيُّهَا المَلَأُ إِنِّي أُلْقِيَ إِلَيَّ كِتَابٌ كَرِيمٌ ﴿٢٩﴾
“Maka Dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu.” (QS. al-Naml [27] : 19)
Dalam Islam, baik tertawa atau pun menangis harus proporsional, pada tempatnya, dan tetap berada dalam batas-batas kesopanan dan kebenaran. Tegasnya, tidak boleh melampaui batas-batas kewajaran yang dibenarkan agama.
Dalam hal tertawa misalnya, tidak boleh menertawakan kemalangan orang lain. Atau dalam hal menangis, karena ditinggalkan orang yang dicintainya tidak boleh sampai ke tingkat meratap apalagi sampai meraung-raung.
Sesungguhnya hidup itu sebuah pilihan. Pilihan untuk taat kepada kehendak-kehendak Allah Swt yang tertuang dalam wahyu-Nya. Apa pun resiko yang akan dihadapi. Atau, melakukan dosa pembangkangan terhadapnya, pilihan untuk Dunianya atau untuk Akhiratnya. Sedangkan pilihan seseorang mencerminkan tingkat kualitas dan kecerdasan intelektualitas dan spiritualitasnya.
Misalnya dalam menjatuhkan pilihan antara kepentingan Dunianya dan kepentingan Akhiratnya. Menghadapi pilihan itu, banyak manusia yang bersikap terrbalik. Tidak selaras dengan hakikat Dunia dan hakikat Akhirat.
Kalau kita amati dengan seksama, banyak orang yang begitu antusias menyongsong Dunia sedangkan hakikat Dunia yang sedang disongsongnya itu, dengan sangat meyakinkan, sedang berproses meninggalkan diri mereka.
Banyak pula orang yang membelakangi Akhiratnya. Padahal setiap diri, pada hakikatnya, mereka sedang menuju dan menyongsongnya. Rasulullah Saw bersabda,
”Manusia yang paling cerdas ialah yang terbanyak mengingat kematian dan yang terbanyak persiapannya untuk menghadapi kematian. Mereka itulah orang yang benar-benar cerdas, dan mereka akan pergi ke Akhirat dengan membawa kemuliaan Dunia dan kemuliaan Akhirat. (HR. al-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan al-Hakim)
Ketika seseorang telah menjatuhkan pilihannya dan kemudian menindaklanjutinya dalam bentuk perbuatan, maka pilihan dan perbuatannya itu lama kelamaan akan menjadi kebiasaan. Selanjutnya kebiasaan itu, secara terus-menerus, berproses di dalam dirinya hingga membentuk kepribadiannya yang khas.
Kepribadian seseorang itu sangat dipengaruhi oleh nilai yang diserapnya melalui penghayatan yang kemudian membentuk visi pribadinya yang kemudian mengendap ke wilayah kalbunya. Visi yang mengendap itu kemudian membentuk suasana kejiwaannya yang khas pula, yang secara keseluruhan wujud dalam bentuk mentalitas yang disebut sikap.
Sikap tersebut terus berproses dalam diri seseorang sejalan dengan realitas aktual yang dihadapinya dan seterusnya mengalir ke wilayah fisik hingga melahirkan tindakan atau perbuatan. Ketika sikap dan tindakanya menjadi dominan, maka secara akumulatif mempengaruhi kehidupannya hingga membentuk citra diri yang khas.
Atas dasar itu, seseorang bisa jadi akan tertawa terbahak-bahak ketika ia melakukan dosa dikarenakan citra dirinya sebagai pendosa telah membuatnya merasa senang dan bahkan bangga berlumur dosa. Dia akan kehilangan kepekaan emosinya terhadap nilai-nilai kebaikan. Pada umumnya orang yang merasa senang dan bangga dengan kemaksiatan yang dilakukannya akan mengalami kesukaran untuk membebaskan diri dari perbuatan dosa.
Ketika seseorang atau sebuah masyarakat sudah sampai ke tingkat berbangga dengan kemaksiatan yang dilakukannya, maka azab Allah pasti akan menerjangnya dengan amat dahsyat, yang mengakibatkan dirinya dilanda penyesalan untuk selama-lamanya. Firman-Nya:
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا ﴿٦٦﴾ وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا ﴿٦٧﴾ رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا ﴿٦٨﴾
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balik di Neraka, mereka berkata, ‘Alangkah baiknya, andai kami taat kepada Allah dan taat kepada Rasul.’ Dan mereka berkata, ‘Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu meraka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpahkan kami kepada mereka adzab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan besar.” (QS. Al-Ahzab [33] : 66-68)
Sebaliknya, orang yang pilihannya jatuh pada ketaatan kepada kehendak-kehendak-Nya dan ketaatan itu telah membentuk kepribadiannya yang khas, maka ia akan menjadi orang shalih, pribadi yang konsisten dalam menjalankan aturan agama Allah. Apa pun resiko yang diterimanya ia akan tetap berada dalam ketaatan.
Meskipun resiko yang dia tanggung akibat ketaatannya itu menyebabkan dirnya harus berderai air mata karena kesedihan yang dideritanya. Namun, ia tetap bergeming dalam ketaatan kepada-Nya.
Keteguhannya itu diperkokoh dengan keyakinan akan pembalasan Allah yang sangat baik di Akhirat kelak.
“Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati".
"Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) Surga dan (pakaian) sutera, di dalamnya mereka duduk bertelakan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan. Dan naungan (pohon-pohon Surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya".
"Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca, (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya. Di dalam Surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe. (yang didatangkan dari) sebuah mata air Surga yang dinamakan salsabil".
"Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka mutiara yang bertaburan. Dan apabila kamu melihat di sana (Surga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar ".
"Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih. Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan). Kafur ialah nama suatu mata air di Surga yang airnya putih dan baunya sedap serta enak sekali rasanya.” (QS. al-Insan [76] : 5-22)
Wallahu A’lam.

Lainnya (Arsip)

Glad you liked it. Would you like to share?

Sharing this page …
Thanks! Close

Add New Comment

Showing 0 comments

blog comments powered by Disqus

Nasihat Ulama

Terkait


Education Corner

Sex Education

Saya novi, mahasiswi. Saya punya adik perempuan kelas 5 SD. Dia sangat dekat dengan saya, maklum karena orang tua kami sering tidak ada di rumah karena kesibukannya. Akhir-akhir ini dia sering berta …

Badan Wakaf Al-Quran

6 KM Mencari Air Bersih

Iring-iringan sepeda ontel (gayuh) dan motor dengan membawa jerigen mengangkut air di sepanjang jalan desa Kepohkidul menuju Kedungadem adalah pemendangan yang biasa kita setiap hari. Itulah kesibuk…

Aksi Cepat Tanggap

ACT Berangkatkan Tim Kemanusiaan ke Somalia

Situasi kemanusiaan yang akut tengah berlangsung di Tanduk Afrika, Somalia. PBB dan OKI telah menyatakan situasi darurat pangan di negara tersebut menyusul tewasnya tak kurang 30 ribu anak-anak dan …

Layanan Kesehatan Cuma-Cuma

Tasyakuran Milad LKC-DD ke-10 Meriah

PONDOK INDAH – Tasyakuran Milad Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Dompet Dhuafa (LKC-DD) ke-10 berlangsung meriah. Acara ini diapresiasi 350 undangan yang dikirim ke donatur, mitra dan relawan. Acar…





BSB Resmikan Kantor Capem HR Muhammad Surabaya
PT Bank Syariah Bukopin (BSB) resmikan Kantor Cabang Pembantu di Jalan HR Muhammad No 179 Surabaya. Pembukaan KCP merupakan komitmen BSB untuk meningkatkan pelayanan kepada pa...
Masih Ada Kesempatan Ikutan BSM Business Model Competition!
Kami kembali mengingkatkan kepada pembaca era muslim bahwa BSM masih membuka peluang untuk mengikuti ajang “BSM Int’l Business Model Competition”.  Berikut info...
Muamalat Targetkan e-payment Meningkat 5%
Bank Muamalat Indonesia menargetkan transaksi pembayaran melalui e-payment meningkat hingga 5 persen atau Rp 3 miliar  sampai dengan 5 miliar pada tahun pertama untuk haji da...
UUS CIMB Niaga Ekspansif Salurkan Pembiayaan di Sisa Tahun 2011
Unit usaha syariah (UUS) Bank CIMB Niaga akan ekspansif menyalurkan pembiayaan di sisa tahun ini. Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai 95 persen per September 201...

Peluang

  • Busana Muslim
    Peluang Usaha Reseller Online Produk Busana Muslim Dengan Sistem Dropship & Modal Kecil.
    www.muslimgaleri.com/
  • Fashion Muslim
    Tiada Hari Tanpa Model Baru.Pelopor Fashion Online di Indonesia
    www.tanah-abang.com


menyambut tahn baru Hijriyah

Bismillahir rahmanir rahiim

Segala puji hanya milik Allah Azza Wajallah, pembimbing kaum intelektual.  Tahun baru hijriyah adalah momen dimana kita harus memaknai sesuai dengan khitta perjuangan Rasulullah SAW, pada waktu itu rasulullah berhijrah dari Mekka ke Madina  yakni dengan tujuan ingin merubah keadaan bangsa arab waktu itu karena Arab atau penduduk Mekah tidak menerimah Rasulullah sebagai pemimpin negara, sehingga melakukan hijrah untuk mencari persetujuan dari para kafilah untuk mengembangkan dakwa beliau.  Mengubah masyarakat dari jahiliyah menujuh islam.  Tidak terasa, bulan demi bulan menjelang; tahun demi tahun pun berlalu. Kaum Muslim kembali memasuki bulan Muharram, menandai datangnya kembali tahun yang baru; kali ini memasuki Tahun Baru 1433 Hijrah. Tidak seperti ketika datang Tahun Baru Masehi yang disambut dengan penuh semarak oleh masyarakat, Tahun Baru Hijrah disikapi oleh kaum Muslim dengan ‘dingin-dingin’ saja.
Memang, Tahun Baru Hijrah tidak perlu disambut dengan kemeriahan pesta. Namun demikian, sangat penting jika Tahun Baru Hijrah dijadikan sebagai momentum untuk merenungkan kembali kondisi masyarakat kita saat ini. Tidak lain karena peristiwa Hijrah Nabi saw. sebetulnya lebih menggambarkan momentum perubahan masyarakat ketimbang perubahan secara individual. Peristiwa Hijrah Nabi saw. tidak lain merupakan peristiwa yang menandai perubahan masyarakat Jahiliah saat itu menjadi masyarakat Islam. Inilah sebetulnya makna terpenting dari Peristiwa Hijrah Nabi saw.
Ketidakmampuan kita memahami sekaligus mewujudkan makna terpenting Hijrah ini dalam realitas kehidupan saat ini hanya akan menjadikan datangnya Tahun Baru Hijrah tidak memberikan makna apa-apa bagi kita, selain rutinitas pergantian tahun. Ini tentu tidak kita inginkan.

Makna Hijrah
Secara bahasa, hijrah berarti berpindah tempat. Adapun secara syar‘i, para fukaha mendefinisikan hijrah sebagai: keluar dari darul kufur menuju Darul Islam. (An-Nabhani, Asy-Syakhsiyyah al-Islâmiyyah, II/276). Darul Islam dalam definisi ini adalah suatu wilayah (negara) yang menerapkan syariat Islam secara total dalam segala aspek kehidupan dan yang keamanannya berada di tangan kaum Muslim.
Sebaliknya, darul kufur adalah wilayah (negara) yang tidak menerapkan syariat Islam dan keamanannya bukan di tangan kaum Muslim, sekalipun mayoritas penduduknya beragama Islam. Definisi hijrah semacam ini diambil dari fakta Hijrah Nabi saw. sendiri dari Makkah (yang saat itu merupakan darul kufur) ke Madinah (yang kemudian menjadi Darul Islam).
Peristiwa Hijrah, paling tidak, memberikan makna sebagai berikut:
Pertama: pemisah antara kebenaran dan kebatilan; antara Islam dan kekufuran; serta antara Darul Islam dan darul kufur. Paling tidak, demikianlah menurut Umar bin al-Khaththab ra. ketika beliau menyatakan: Hijrah itu memisahkan antara kebenaran dan kebatilan. (HR Ibn Hajar).
Kedua: tonggak berdirinya Daulah Islamiyah (Negara Islam) untuk pertama kalinya. Dalam hal ini, para ulama dan sejarahwan Islam telah sepakat bahwa Madinah setelah Hijrah Nabi saw. telah berubah dari sekadar sebuah kota menjadi sebuah negara Islam; bahkan dengan struktur yang—menurut cendekiawan Barat, Robert N. Bellah—terlalu modern untuk ukuran zamannya. Saat itu, Muhammad Rasulullah saw. sendiri yang menjabat sebagai kepala negaranya.
Ketiga: awal kebangkitan Islam dan kaum Muslim yang pertama kalinya, setelah selama 13 tahun sejak kelahirannya, Islam dan kaum Muslim terus dikucilkan dan ditindas secara zalim oleh orang-orang kafir Makkah. Demikianlah sebagaimana pernah diisyarakatkan oleh Aisyah ra.:
«كَانَ الْمُؤْمِنُونَ يَفِرُّ أَحَدُهُمْ بِدِينِهِ إِلَى اللهِ تَعَالَى وَإِلَى رَسُولِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَخَافَةَ أَنْ يُفْتَنَ عَلَيْهِ فَأَمَّا الْيَوْمَ فَقَدْ أَظْهَرَ اللهُ اْلإِسْلاَمَ وَالْيَوْمَ يَعْبُدُ رَبَّهُ حَيْثُ شَاءَ»
Dulu ada orang Mukmin yang lari membawa agamanya kepada Allah dan Rasul-Nya karena takut difitnah. Adapun sekarang (setelah Hijrah, red.) Allah SWT benar-benar telah memenangkan Islam, dan seorang Mukmin dapat beribadah kepada Allah SWT sesuka dia. (HR al-Bukhari).
Setelah Hijrahlah ketertindasan dan kemalangan umat Islam berakhir. Setelah Hijrah pula Islam bangkit dan berkembang pesat hingga menyebar ke seluruh Jazirah Arab serta mampu menembus berbagai pelosok dunia. Setelah Rasulullah saw. wafat, yakni pada masa Khulafaur Rasyidin, kekuasan Islam semakin merambah ke luar Jazirah Arab.
Bahkan setelah Khulafaur Rasyidin—yakni pada masa Kekhalifahan Umayah, Abbasiyah, dan terakhir Utsmaniyah—kekuasaan Islam hampir meliputi 2/3 dunia. Islam bukan hanya berkuasa di Jazirah Arab dan seluruh Timur Tengah, tetapi juga menyebar ke Afrika dan Asia Tengah; bahkan mampu menembus ke jantung Eropa. Kekuasaan Islam malah pernah berpusat di Andalusia (Spanyol).
Mewujudkan Kembali Makna Hakiki Hijrah Nabi
Dengan mengacu pada tiga makna Hijrah di atas, dengan mengaitkannya dengan kondisi masyarakat saat ini, kita melihat:
Pertama: Saat ini umat Islam hidup di dalam darul kufur, bukan Darul Islam. Keadaan ini menjadikan umat Islam membentuk masyarakat yang tidak islami alias masyarakat Jahiliah. Masyarakat Jahiliah tidak lain adalah masyarakat yang didominasi oleh pemikiran dan perasaan umum masyarakat yang tidak islami serta sistem yang juga tidak islami.
Dalam konteks zaman Jahiliah modern saat ini, kita melihat, yang mendominasi masyarakat adalah pemikiran dan perasaan sekular serta sistem hukum sekular, yang bersumber dari akidah sekularisme; yakni akidah yang menyingkirkan peran agama dari kehidupan. Saat ini masyarakat didominasi oleh pemikiran demokrasi (yang menempatkan kedaulatan rakyat di atas kedaulatan Tuhan), HAM, nasionalisme (paham kebangsaan), liberalisme (kebebasan), permissivisme (paham serba boleh), hedonisme (paham yang menjadikan kesenangan duniwai/jasadiah sebagai orientasi hidup), feminisme (paham mengenai kesetaraan jender, pria-wanita), kapitalisme, privatisasi, pasar bebas, dll.
Perasaan masyarakat pun didominasi oleh perasaan ridha dan benci atas dasar pandangan hidup sekular. Mereka meridhai semua yang bersumber dari akidah sekular dan sebaliknya membenci semua yang bertentangan dengan pandangan sekularisme; mereka meridhai demokrasi (yang menjunjung tinggi kedaulatan manusia) dan sebaliknya membenci kedaulatan Tuhan untuk mengatur manusia; mereka meridhai nasionalisme dan nation state (negara-bangsa) dan sebaliknya membenci ikatan ukhuwah islamiyah dan kesatuan kaum Muslim di bawah satu negara (Khilafah Islamiyah); mereka meridhai liberalisme (kebebasan), permissivisme (paham serba boleh), hedonisme (paham yang menjadikan kesenangan duniawi/jasadiah sebagai orientasi hidup), dan sebaliknya membenci keterikatan dengan syariah/hukum-hukum Allah dan menjadikan akhirat sebagai orientasi hidup mereka; mereka meridhai sistem ekonomi kapitalisme yang berasaskan manfaat, ekonomi ribawi, privatisasi, dan pasar bebas dan sebaliknya membenci sistem ekonomi Islam; mereka pun meridhai hukum-hukum kufur yang bobrok dan sebaliknya membenci hukum-hukum Islam—seperti hukum cambuk, hukum rajam, atau hukum potong tangan—yang mendatangkan keadilan dan rahmat bagi manusia.
Lebih dari itu, sistem yang mengatur masyarakat saat ini tidak lain adalah sistem yang juga bersumber dari akidah sekularisme. Sebaliknya, sistem Islam—yakni sistem ekonomi, politik, pemerintahan, peradilan, hukum, sosial, budaya maupun pertahanan dan keamanan negara yang bersumber dari akidah Islam—mereka campakkan. Itulah realitas masyarakat Jahiliah pada zaman modern saat ini.
Karena itu, upaya mengubah masyarakat Jahiliah menjadi masyarakat Islam, itulah di antara makna hakiki dari Peristiwa Hijrah Nabi saw. yang harus kita realisasikan kembali saat ini. Caranya tidak lain dengan menggusur dominasi pemikiran, perasaan, dan sistem sekular di tengah-tengah masyarakat saat ini; kemudian menggantinya dengan dominasi pemikiran, perasaan, dan sistem Islam. Tanpa berusaha mengubah ketiga unsur tersebut di tengah masyarakat Jahiliah saat ini, masyarakat Islam yang kita cita-citakan tentu tidak akan pernah dapat diwujudkan.
Kedua: Saat ini tidak ada satu pun negeri Islam yang layak disebut sebagai Daulah Islamiyah. Padahal kita tahu, di antara makna dari Peristiwa Hijrah Nabi saw. adalah pembentukan Daulah Islamiyah, yang saat itu ditegakkan di Madinah al-Munawwarah.
Daulah Islamiyah yang dibentuk oleh Nabi saw.—yang dalam perjalanan selanjutnya setelah beliau wafat disebut sebagai Khilafah Islamiyah—tidak lain adalah sebuah negara yang memberlakukan syariat Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Karena itu, upaya membangun kembali Daulah Islamiyah atau Khilafah Islamiyah ini seharusnya menjadi cita-cita bersama umat Islam yang betul-betul ingin mewujudkan kembali makna Hijrah dalam kehidupan mereka saat ini.
Ketiga: Saat ini keadaan umat Islam di seluruh Dunia Islam sangat memprihatinkan. Di negeri-negeri di mana kaum Muslim minoritas, mereka tertindas. Bahkan, kaum Muslim di Filipina (Moro), Thailand (Pattani), India (Kashmir), dan beberapa wilayah lain merupakan saksi nyata kesengsaraan dan ketertindasan umat Islam saat ini.
Bahkan di negeri-negeri yang kaya akan kekayaan alam, namun mereka tak berdaya, dengan mudah negeri mereka diduduki dan dijajah, lihatlah Afghanistan dan Irak. Mereka ditindas hanya karena satu alasan, yakni karena mereka Muslim; persis seperti orang-orang kafir Qurays dulu memperlakukan Nabi saw. dan para Sahabatnya ketika di Makkah. Mereka sama sekali tidak diberi kesempatan untuk memunculkan Islam, bahkan sekadar menampilkan identitas mereka sebagai Muslim.
Sebaliknya, kaum Muslim yang tinggal di negeri-negeri di mana mereka mayoritas pun, hukum-hukum Islam tidak bisa ditegakkan. Kaum Muslim yang berpegang teguh pada aturan-aturan Allah SWT disisihkan. Mereka yang konsisten dalam perjuangan menegakkan syariat Islam terus-menerus difitnah dengan berbagai cap yang menyudutkan seperti ekstremis, radikal, fundamentalis, bahkan teroris! Akibatnya, aspirasi Islam dibungkam dan para pejuangnya pun diburu, dijebloskan ke penjara, bahkan dibunuh.
Kaum Muslim saat ini hidup tertekan dalam “penjara besar”, yakni negeri mereka sendiri, yang telah dikuasai oleh sistem kufur yang dikontrol oleh negara-negara kafir Barat imperialis. Posisi umat Islam yang pernah mengalami masa kejayaannya sejak zaman Nabi saw. sampai Kekhilafahan Ustmaniyah di Turki kini tinggal kenangan.
Apalagi setelah Peristiwa 11 September 2001, Islam dan kaum Muslim betul-betul menjadi 'bulan-bulanan' AS dan sekutu-sekutunya. Padahal, kita tahu, di antara makna dari Peristiwa Hijrah Nabi saw. adalah bangkitnya kaum Muslim setelah mereka lama tertindas dan terzalimi (kurang-lebih 13 tahun) di negeri mereka sendiri, yakni Makkah, sebagaimana diisyaratkan oleh Aisyah ra. di atas.
Karena itu, agar kaum Muslim dapat benar-benar mewujudkan kembali makna Hijrah yang sebenarnya, tidak lain, umat ini harus segera melepaskan diri dari segala bentuk kezaliman sistem kufur dan kekuasaan negara-negara imperialis Barat kafir, yang nyata-nyata telah menimbulkan ketertindasan dan kemalangan kaum Muslim dalam berbagai bidang kehidupan. Semua itu tidak lain hanya mungkin diwujudkan dengan kembali berhijrah menuju Daulah Islamiyah.
Karena saat ini ditengah Islam tidak lagi diterapkan dalam kehidupan nyata dalam sebuah negara, maka tugas seluruh kaum Muslimlah untuk mewujudkannya kembali di tengah-tengah mereka. Caranya tidak lain dengan mengubah negeri-negeri Muslim saat ini yang berada dalam kungkungan sistem kufur, yakni sistem Kapitalisme-sekular, sekaligus menghimpunnya kembali dalam satu wadah negara, yakni Daulah Islamiyah atau Khilafah Islamiyah.
Khatimah
Hanya dengan mewujudkan kembali ketiga makna Hijrah di ataslah kekufuran akan lenyap digantikan oleh keimanan; kejahiliahan akan musnah tertutup cahaya Islam; darul kufur akan terkubur oleh Darul Islam; dan masyarakat Jahiliah pun akan berubah menjadi masyarakat Islam. Hanya dengan itu pula, insya Allah, umat Islam saat ini akan berubah dari umat yang terhina menjadi umat yang akan meraih kembali posisi terhormat sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah SWT:
]كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ[
Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia; melakukan amar makruf nahi mungkar dan beriman kepada Allah. (QS Ali Imran [3]: 110).
Wallâhu a‘lam bi ash-shawâb. [Hafidz B.]
web pendukung; eramuslim.com

Kutipan

Tidak ada simpanan yang lebih berguna daripada ilmu.
Tidak ada sesuatu yang lebih beruntung daripada adab.
Tidak ada kawan yang lebih bagus daripada akal.
Tidak ada benda ghaib yang lebih dekat daripada maut.


www.hafidz.4t.com