Tidak diragukan bahwa harokah dakwah telah berhasil melahirkan
individu-individu yang istimewa. Namun persoalan berikut yang muncul ialah saat
mereka itu diminta beramal dalam satu tim kerja (team work) untuk melakukan
suatu program bersama. Berbagai gerakan dakwah masih saja sampai saat ini
dipimpin oleh segelintir orang (itu-itu saja) yang seharusnya sudah diagantikan
team work secara jama'i (yakni kepemimpinan kolektif atau kepemimpinan yang
silih berganti). Tanpa menyadari bahwa hasil amal jama'i itu pasti lebih afdhal
dari pada amal fardi (kerja individu). Implikasinya ialah muncul lingkungan yang
tidak kondusif/terbelakang. Faktor penyebab utamanya ialah kepemimpinan tunggal
dalam semua aspek kehidupan harokah.
Bapak/murabbi/naqib telah menjadi pemimpin mutlak di keluarga (usrah). Kondisi itu juga sama dengan apa yang dialami oleh sekolah-sekolah, lembaga-lembaga pemerintahan, militer dan partai-partai (di negeri Muslim). Sistem seperti ini telah bercokol terhadap semua lembaga/entitas kita, padahal sistem tersebutlah yang menjadi penyebab keterbelakangan kita.
Kalau saja kita mencermati dunia internasional, kita akan menemukan Eropa dengan spirit jiddiyyah (kesungguhan) dalam beramal terus menerus, adalah yang pertama mengangkat syi'ar (semboyan) kebebasan dalam pengertian modern dan telah mendirikan negara-negara nasionalis. Akan tetapi, Amerika telah melampaui kemajuan Eropa melalui penerapan sistem "asimilasi" yang menyatukan berbagai jenis kebangsaan dan ditata dalam sebuah spirit kesungguhan dan untuk beramal secara serius dan sungguh-sungguh. Sedangkan Jepang telah pula melampaui kemajuan Eropa dan Amerika melaui spirit team work dan loyalitas pada tradisi dan nilai-nilai agama mereka.
Anda harus membayangkan amal Islami itu harus dijalnkan bagaikan "foot ball team". Kendati semua pemain terbaik dunia dikumpulakn dalam satu tim sepak bola, namun di antara mereka tidak ada spirit "total foot ball team", pasti tim tersebut kalah menghadapi tim lain yang mungkin di bawah mereka kepandaiannya, namun konsisten dengan spirit foot ball teamnya.
(bersambung, insya Alloh) Sumber Eramuslim.comBapak/murabbi/naqib telah menjadi pemimpin mutlak di keluarga (usrah). Kondisi itu juga sama dengan apa yang dialami oleh sekolah-sekolah, lembaga-lembaga pemerintahan, militer dan partai-partai (di negeri Muslim). Sistem seperti ini telah bercokol terhadap semua lembaga/entitas kita, padahal sistem tersebutlah yang menjadi penyebab keterbelakangan kita.
Kalau saja kita mencermati dunia internasional, kita akan menemukan Eropa dengan spirit jiddiyyah (kesungguhan) dalam beramal terus menerus, adalah yang pertama mengangkat syi'ar (semboyan) kebebasan dalam pengertian modern dan telah mendirikan negara-negara nasionalis. Akan tetapi, Amerika telah melampaui kemajuan Eropa melalui penerapan sistem "asimilasi" yang menyatukan berbagai jenis kebangsaan dan ditata dalam sebuah spirit kesungguhan dan untuk beramal secara serius dan sungguh-sungguh. Sedangkan Jepang telah pula melampaui kemajuan Eropa dan Amerika melaui spirit team work dan loyalitas pada tradisi dan nilai-nilai agama mereka.
Anda harus membayangkan amal Islami itu harus dijalnkan bagaikan "foot ball team". Kendati semua pemain terbaik dunia dikumpulakn dalam satu tim sepak bola, namun di antara mereka tidak ada spirit "total foot ball team", pasti tim tersebut kalah menghadapi tim lain yang mungkin di bawah mereka kepandaiannya, namun konsisten dengan spirit foot ball teamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar